PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus).
DI BBI JATI CIRANJANG KABUPATEN
CIANJUR JAWA BARAT
TUGAS AKHIR
OLEH
TANTAN RUSMANA
NPM : LAIN UMAT
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI lAMPUNG
PROGRAM DILUAR DOMISILI
KABUPATEN CIANJUR
2016
ABSTRAK
TANTAN
RUSMANA. Program Studi Budidaya
Perikanan Program Diploma 1, Politeknik Negeri Lampung, Pemiahan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di BBI Jati Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur
Jawa Barat. Pembimbing Suar , S.Pi., M.Si dan R. Selfi
Nendris S, S.Pi.
Produksi ikan
Lele dumbo di indonesia memberikan dampak positif yang signifikan pada sektor
ekonomi. Salah satu jenis ikan air tawar yang umum dipeliharan dan
dibudidayakan yaitu ikan nila Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
Ikan Lele Dumbo merupakan jenis ikan lele yang cukup
populer di masyarakat. Ikan lele dumbo
ini lebih di sukai oleh petani ikan lele dikarenakan relative lebih cepat besar di banding ikan
lele jenis lain nya dan rasa yang gurih dengan tektur daging yang lembut di
sukai pecinta kuliner ikan.
Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah bentuk apresiasi
mahasiswa dalam menambah wawasan serta keterampilan dalam pengembangan ikan
budidaya khususnya ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Dalam pendederan ikan lele dumbo ini di mulai dari larva sampai menjadi benih
dengan seterusnya haruslah dengan sesuai standar operasional untuk memperoleh benih
ikan lele yang dapat menghasilkan benih ikan lele dengan kuantitas dan kualitas
yang baik.
PEDEDERAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
DI BBI JATI CIRANJANG KABUPATEN
CIANJUR JAWA BARAT
TUGAS AKHIR
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli pratama
Pada program studi budidaya perikanan
OLEH
TANTAN RUSMANA
NPM :
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI lAMPUNG
PROGRAM DILUAR DOMISILI
KABUPATEN CIANJUR
2016
HALAMAN PENGESAHAN
|
|
1.
Judul PKL Mahasiswa :
Pendederan ikan Lele Dumbo di BBI jati
Ciranjang
2.
Nama Mahasiswa : TANTAN RUSMANA
3.
Nomor Pokok Mahasiswa :
4.
Program Studi : Budidaya Perikanan
5.
Jurusan : Peternakan
|
|
Menyetujui,
Pembimbing
|
|
Pembimbing I,
(..........................................)
NIP.
|
Pembimbing II,
(
.......................................)
NIP.
|
Ketua Program Studi
Budidaya Perikanan
(Syamsul Mu’min, S.Pi., M.Si.)
NIP. 198008132010011009
Tanggal Ujian :
|
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur , Kabupaten Cianjur
pada tanggal 19 Januari 1982 atas nama TANTAN RUSMANA merupakan anak keempat dari empat bersaudara, pasangan Eman Sulaeman
dan Ati Suarti, bertempat tinggal di Kp. Maleber desa Maleber Kec
Karangtengah Kabupaten Cianjur.
Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Maleber pada tahun
1988 diselesaikan pada tahun 1994 melanjutkan ke Sekolah SMP Pasundan Cianjur
dan lulus pada tahun 1997, kemudian melanjutkan ke sekolah SMK PGRI 3 otomotif
Cianjur pada tahun 1997 dan lulus
tahun 2000.
Penulis tercatat sebagai mahasiswa PDD Polinela Kabupaten Cianjur Program
Studi Budidaya Perikanan dan lulus pada
tahun 2016.
.
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan kasih dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan PKL yang
berjudul “Pendederan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus ) di BBI Jati Kecamatan Ciranjang, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat”.
Penyusunan PKL bertempat di BBI
Jati Ciranjang-Cianjur, dilaksanakan mulai tanggal 15 Februari sampai
dengan 15 Maret 2016.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu. Ir. NR. Dewi Sopiah Azhuri, MT. selaku Direktur
PDD Polinela Kabupaten Cianjur.
2. Bapak Ade Sofyan, SP., MP. selaku Wakil Direktur I
bagian Kurikulum.
3. Syamsul Mu’min, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Prgram
Studi Budidaya Perikanan.
4. Bapak R. Selfi Nendris, S.Pi., M.M selaku pembimbing
II
5. Bapak Sani Irwanto selaku pembimbing PKL
6. Bapak/Ibu selaku dosen perikanan
7. Seluruh pengurus AK Cianjur
8. Rekan-rekan Mahasiswa Akademika Komunitas Negeri
Cianjur yang telah mendukung penulis.
9. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat,
motivasi, doa serta dukungan moral dan material demi keberhasilan penulis.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih banyak
kekurangan, itulah saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Cianjur, September 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... i
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... ii
I.
PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 Latar
belakang.............................................................................................
1.2 Ruang
lingkup
1.2 Tujuan dan
manfaat....................................................................................
II.
TINJAUAN
PUSTAKA...................................................................... .........
2.1 Klasifikasi
........................................................................................
2.2 Morfologi..........................................................................................
2.3 Kebiasaan
hidup..........................................................................................
2.4 Biologi
reproduksi.......................................................................................
2.5 Makan
dan kebiasaan makan............................................................
2.6 Pertumbuhan.....................................................................................
2.7 Kelangsungan
hidup.........................................................................
2.8 Parameter
kualitas air........................................................................
2.9 Hama
dan penyakit...........................................................................
III.
METODE
PELAKSANAAN........................................................................
3.1 Waktu
dan tempat pelaksanaan........................................................
3.2 Metode atau prosedur pelaksanaan...................................................
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN......................................................................
4.1 Persiapan
wadah dan sbtrat (kakaban) .............................................
4.2 Pemilihan
induk................................................................................
4.3 Pemberokan
......................................................................................
4.4 Pemijahan..........................................................................................
4.5 Penetasan
telur..................................................................................
4.6 Pemeliharaan
larva............................................................................
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN.....................................................................
5.1 Kesimpulan.................................................................................................
5.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
I.
LAMPIRAN..............................................................................
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan
peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam
pembangunan nasional terutama bisa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia
bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa melalui penyediaan ekspor
hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nelayan atau
petani ikan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya
perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Perikanan 2004).
Salah satu bisnis sektor perikanan yang mempunyai potensi cukup besar
adalah Ikan
lele merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia.
Budidaya lele berkembang dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber
air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif mudah
dikuasai oleh masyarakat dan pemasarannya relatif mudah serta modal usaha yang
dibutuhkan relatif rendah.
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk
menghasilkan benih ukuran tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran.
Pendederan lele sangkuriang dilakukan dalam tiga tahap pendederan, yaitu
pendederan pertama (PI) selama 14-21 hari, pendederan ke dua (PII) selama 21-28
hari, dan pendederan ke tiga (PIII) selama 14-21 hari.
Tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk menghasilkan
benih-benih yang mempunyai keunggulan dari segi keseragaman umur dan ukuran,
jumlah benih yang dihasilkan, serta rendahnya tingkat mortalitas pada setiap
fase pertumbuhan. Selain itu pendederan ini dilakukan untuk mengantisipasi
kejenuhan kolam dalam hal penyediaan lingkungan yang baik, serta penyediaan
kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh benih untuk tumbuh dan berkembang.
1.2.Tujuan
Adapun
tujuan dari kegiatan Praktik Kerja lapanagan adalah untuk mengetahui tentang
Pemijahan ikan lele (Clarias gariepinus ) secara benar ,
secara langsung di lapangan. Dimana dalam hal ini bertujuan untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan dapat
menerapkan ilmu serta belajar memasuki dunia kerja sehingga memperoleh pengalaman
dan keterampilan.
1.3.Manfaat
Adapun
manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk mengembangkan dan
meningkatkan wawasan dan pikiran yang ilmiah dalam mengantisipasi permasalahan
yang akan ditemui di lapangan. Sebagai sumber informasi yang layak bagi
pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai bagaimana cara pemijahan lele secara
benar.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Klasifiasi
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan lele adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom :
Metazoa
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub
Kelas : Teleostei
Ordo
: Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
Famili
: Clariidae
Genus : Clarias
Spesies
: Clarias gariepinus.
Ikan lele (Clarias
gariepinus.) adalah ikan yang termasuk dalam golongan
catfish. Ikan lele mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang
kritis, misalnya perairan yang kecil kadar oksigennya dan sedikit air. Ikan
lele juga termasuk ikan omnivor, yaitu pemakan segala jenis makanan tetapi
cenderung pemakan daging atau karnivora. Secara alami ikan lele bersifat
nokturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap,
tetapi dalam usaha budidaya ikan lele dibuat beradaptasi menjadi diurnal
(Suryanto, 1986).
Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan
ikan lainnya, sehingga dapat dengan mudah dibedakan dengan jenis-jenis ikan
lain. Menurut Astuti (2003) ikan lele memiliki bentuk badan yang memanjang,
berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang
sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent
organ). Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat,
sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih. Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan
dalam kondisi lingkungan perairan yang sedikit akan kandungan oksigen terlarut
disebut dengan arboresence (Suryanto, 1986). Alat pernapasan tambahan
ini terletak di bagian kepala di dalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat
tulang kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti
tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat dibagian
ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut
hidung, satu pasang sungut maksilar (berfungsi sebagai tentakel), dan dua
pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala
bagian belakang (Pillay, 1990).
Ikan lele
mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6,
sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang diantaranya
lebih panjang dan besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan
antara panjang baku terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran
matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel
pada rahang. Penglihatan lele kurang berfungsi dengan baik, akan tetapi ikan
lele memiliki dua buah alat olfaktori yang terletak berdekatan dengan
sungut hidung untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan penciuman.
Jari-jari pertama sirip pektoralnya sangat kuat dan bergerigi pada kedua
sisinya serta kasar. Jari-jari sirip pertama itu mengandung bisa dan berfungsi
sebagai senjata serta alat penggerak pada saat ikan lele berada di permukaan (Rahardjo dan Muniarti, 1984).
Semua jenis ikan lele berkembang dengan ovipar,
yakni pembuahan telur di luar tubuh. Ikan lele memiliki gonad satu pasang dan
terletak disekitar usus. Ikan lele memiliki lambung yang relatif besar dan
panjang. Tetapi ususnya relatif pendek daripada badannya. Hati dan gelembung
renang ikan lele berjumlah 2 dan masing-masing sepasang.
Habitat
ikan lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal, ada
pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat berlumpur.
Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar
antara 20-30oC, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27oC,
kandunga oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.05
ppm (Khairuman dan Amri, 2002).
2.2.
Morfologi
Secara morfologi, ikan
Lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Jika
terkena sinar matahari warna tubuh lele berubah menjadi pucat dan jika terkejut
warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti moziak hitam-putih. Mulut lebar,
memiliki 3 buah sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip
dubur. (Khairuman dan Khairul Amri, 2002)
Lele memiliki tubuh memanjang (simetris radial), bagian kepala hingga
punggung berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala hingga leher terdapat
bercak warna putih. memiliki sungut empat pasang yang terletak disekitar mulut.
Sepasang sungut hidung, sepasang sungut maksilar, dan dua pasang sungut
mandibular.Sungut maksilar berfungsi sebagai tentakel, yaitu alat untuk meraba.
(Murhananto,
2002)
2.3.
Kebiasaan hidup
Awalnya, ikan Lele hidup liar di
sungai, rawa-rawa, dan hampir di semua habitat air tawar. Setelah diternakan
secara intensif, ternyata lele dapat tumbuh dengan cepat. (Murhananto, 2002).
Di alam ikan lele memijah pada awal musim penghujan. Hal ini disebabkan pada
musim penghujan, ikan lele menagalami rangsangan untuk memijah lantaran
terjadinya peningkatan kedalaman air (Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
2.4.
Biologi Reproduksi
Reproduksi adalah mata rantai
hidup yang menentukan kelangsungan hidup species. Penambahan populasi
tergantung pada keberhasilan pemijahan dan juga tergantung pada kondisi telur
dimana telur dan larva kelak akan berkembang. Oleh karena itu sesungguhnya
pemijahan menuntut suatu kepastian dan keamanan kelangsungan hidup turunannya
dengan memilih tempat, waktu, dan kondisi yang menguntungkan. Sehubungan dengan
hal tersebut, pemijahan setiap species ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda
tergantung pada habitat pemijahan itu.
Dalam pemijahan ikan lele induk
betina akan membuat sarang untuk meletakkan telurnya, bersamaan dengan itu
induk jantan akan menyemprotkan spermanya disekitar telur-telur tersebut,
sehingga telur terbuahi. Telur yang telah dibuahi akan di jaga oleh induk
betina sampai menetas dan menjadi lele kecil yang kuat mencari makan sendiri.
Telur-telur tersebut akan menetas dalam jangka waktu 2 – 3 hari (Sri Najiyati,
2004).
2.5.
Makanan
dan Kebiasaan Makan
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah
frekuensi pemberian pakan dan konversi pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
daging ikan. Pakan alami ikan lele berupa jasad hewani yaitu krustasea kecil,
larva serangga (kutu air, jentik nyamuk), cacing, dan moluska (Susanto, 1988).
Ketersedian pakan alami merupakan faktor pembatas bagi kehidupan benih di
kolam. Ukuran pakan alami harus sesuai dengan bukaan mulut dan mempunyai nilai
gizi yang tinggi. Selain itu, pakan alami mempunyai gerakan yang lambat
sehingga mudah dimakan ikan. Sedangkan pakan buatan merupakan campuran dari
berbagai bahan yang diolah menurut keperluan untuk diberikan ke ikan sebagai
sumber energi. Pemberian pakan pada benih ikan umur 7 sampai 15 hari dalam
bentuk tepung dan remah. Benih umur 15 sampai 30 hari dapat diberi pakan berupa
pelet yang berdiameter ± 1 mm atau disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pakan
ini diberikan 3-5 kali sehari (Soetomo, 1987).
Frekuensi pemberian pakan adalah jumlah pemberian pakan per satuan waktu,
misalnya dalam satu hari pakan diberikan tiga kali. Pada ukuran larva frekuensi
pemberian pakan harus tinggi karena laju pengosongan lambungnya lebih cepat.
Konversi pakan dapat diartikan sebagai kemampuan spesies akuakultur mengubah
pakan menjadi daging sedangkan efisiensi pakan adalah bobot basah daging ikan
yang diperoleh per satuan berat kering pakan yang diberikan.
Nilai konversi pakan menunjukkan sejauh mana makanan efisien dimanfaatkan
oleh ikan peliharaan. Konversi pakan tergantung pada spesies ikan (kebiasaan
makan, tingkat tropik, ukuran/ stadia,), kualitas air meliputi kadar oksigen
dan amoniak serta suhu air, dan pakan baik secara kualitas maupun kuantitas.
Efisien pakan berubah sejalan dengan tingkat pemberian pakan dan ukuran ikan.
Menurut Schmitou (1992) dalam Hasanah (2003) efisiensi pakan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya kualitas pakan, jumlah pakan, spesies ikan, ukuran
ikan dan kualitas air. Konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator
untuk menentukan efektifitas pakan (Watanabe, 1988).
Ikan lele termasuk jenis
ikan pemakan segala atau omnivora, tetapi dialam bebas makanan alami lele
terdiri dari jasdad-jasad renik yang berupa zooplakton dan fitoplankton seperti
jentik-jentik nyamuk, anak ikan, dan sisa-sisa bahan organik yang masih segar.
Sri Najiyati (2004)
Ikan lele menyukai
makanan alami berupa binatang renik, seperti kutu air dari kelompok daphnia,
cladocera,atau copepoda. Dengan pola makannya itu ikan lele sangkuriang
digolongkan sebagai ikan pemakan daging (Karnivora) dan ikan lele ini dapat
juga memakan pakan buatan seperti pelet, limbah peternakan ayam, dan limbah
peternakan lainnya.(Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
2.6.
Pertumbuhan
Menurut Syamsul Arifin
(1991), menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dikatakan sebagai pertambahan ukuran
panjang atau berat didalam waktu tertentu, pertambahan ukuran ini karena adanya
proses hayati yang terus mwnerus terjadi didalam tubuh organisme.
Selanjutnya Zonneveld
dkk. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dianggap sebagai suatu proses
yang diawali dari pengambilan makan dan diakhiri dengan penyusunan unsur-unsur.
Pertumbuhan yaitu perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume
seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor
internal seperti umur dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan
untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal
yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan
dari segi kualitas dan kuantitas juga mempengaruhi pertumbuhan (Huet, 1971).
Ketersediaan pakan dan oksigen
sangat penting bagi ikan untuk pertumbuhan. Di sisi lain, bahan buangan
metabolik akan mengganggu pertumbuhan ikan. Pada kondisi kepadatan ikan
yang tinggi, ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan akan berkurang, sedangkan
bahan buangan metabolik ikan tinggi (Hepher, 1978).
2.7.
Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu
individu dalam waktu tertentu. Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh
kualitas induk, kualitas telur, kualitas air serta perbandingan antara jumlah
makanan dan kepadatannya (Effendi, 2002). Padat tebar yang terjadi dapat menjadi
salah satu penyebab rendahnya tingkat kelangsungan hidup suatu organisme,
terlihat kecenderungannya bahwa makin meningkat padat tebar ikan maka tingkat
kelangsungan hidupnya akan makin kecil (Allen, 1974).
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan dipengaruhi
oleh nutrisi makanan Selain itu peningkatan padat tebar ikan juga beRpengaruh
terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan (Rukmana, 2003). Nilai tingkat
kelangsungan hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara 73,5-86,0 %.
Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kualitas
air meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat
keasaman (pH) perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan
(Gustav, 1998 dalam Safitri 2007).
Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan
lele yang perlu diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan
kualitas air. Meskipun ikan lele bisa bertahan pada kolam yang sempit dengan
padat tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu juga pakan yang
diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan kuantitasnya
disesuaikan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang menyerang biasanya
berkaitan dengan kualitas air (Yuniarti, 2006), sehingga kualitas air yang baik
akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat bertahan hidup
2.8.
parameter
kualitas air kolam lele
Dalam usaha berbudidaya ikan,
termasuk lele, salah satu hal penting adalah menyiapkan media. media berupa air
tempat hidup ikan haruslah berada pada kondisi yang baik. Artinya, kolam
memenuhi syarat untuk hidup ikan tersebut.
Salah satu hal yang
menyebabkan ikan terkena penyakit adalah kondisi air di kolam yang kurang
layak. Penyakit bisa muncul karena kualitas kolam yang kurang memenuhi syarat
misalnya, pH yang kurang sesuai, suhunya terlalu tinggi, kandungan amoniaknya
besar, dan lain-lain.
Media yang bagus untuk lele
sebaiknya parameter kualitas air pada posisi optimum. yaitu :
pH
|
7-8
|
Suhu
|
28-32 derajat Celsius
|
Oksigen
|
2-3 ppm
|
Amoniak
|
<0,012ppm
|
Nitrit
|
<0,2ppm
|
KH (CaCO3)
|
>20PPM
|
Dari 6 parameter air yang
paling penting adalah pH, yang berguna untuk mendeteksi potensi produktifitas
kolam. pH air yang agak basa dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik
dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh tumbuhan
(garam, amonia dan nitrat).
Bila pH dibawah 7 atau diatas
8, bisa mengganggu proses produksi budidaya ikan lele.
Naik turunya pH dalam media
ikan lele pada kondisi tidak optimum sangat mengganggu pada kehidupan ikan lele
khususnya fase pra larva dan larva. Untuk itu, pembudidaya wajib mempunyai pH
tester agar kualitas air dapat terdeteksi sejak dini. Alat untuk mengukur pH,
tersedia di pasaran, mulai dari kertas lakmus sampai pH meter dengan jarum penunjuk
yang sangat praktis digunakan. Jika ikan cepat stres dan terkena bermacam
penyakit, segera lakukan pemeriksaan pada kolam dengan memperhatikan dengan
hal-hal diatas.
2.9.
Hama dan
Penyakit
2.9.1. Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,membunuh dan
mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap.
Hama bersifat sebagai organisma yang memangsa (predator), perusak dan
kompetitor (penyaing). Sebagai predator (organisme pemangsa), yakni makhluk
yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang
lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam
lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama
dapat bersama saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang
untuk memangsa ikan yang ada.
Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air,
udara atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam
yang kurang sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam
wadah budidaya dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran
pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga
air, ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister
atau ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang
ikan hanya pada saat ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat.
Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya umumnya hama sulit memangsanya. Hama
yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular, belut, ikan liar pemangsa.
Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta atau
bebeasan, larva cybister atau ucrit. Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah
juga akan mengganggu. Meskipun bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi
pesaing bagi ikan dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
2.9.2. Penyakit
Penyakit
ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan
oleh organisme lain, pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang
kehidupan ikan. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit ikan di kolam
merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dengan
organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress
pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimikinya menjadi lemah dan
akhirnya mudah diserang oleh penyakit.
Perkembangan dan keseriusan suatu penyakit dalam akuakultur
meliputi suatu interaksi yang kompleks antara tingkat virulensi patogen,
derajat imunitas inang, kondisi fisiologis dan genetic hewan, stress dan padat
tebaran. Secara umum faktor-faktor yang terkait dengan timbulnya penyakit
merupakan interaksi dari 3 faktor, yaitu inang, patogen, dan lingkungan atau
stressor eksternal (yaitu perubahan di lingkungan yang tidak menguntungkan,
tingkat higienik yang buruk dan stress) (Austin dan Austin, 1999),
Sakit pada ikan yaitu suatu keadaan abnormal yang ditandai
dengan penurunan kemampuan ikan secara gradual dalam mempertahankan
fungsi-fungsi fisiologik normal. Pada keadaan tersebut ikan dalam kondisi tidak
seimbang fisiologisnya serta tidak mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri
dengn kondisi lingkungan. Timbulnya sakit dapat akibat infeksi patogen yang
dapat berupa bakteri, virus, fungi atau parasit. Sakit dapat pula akibat
defisiensi atau malnutrisi, atau sebab-sebab lain. Ikan yang sakit akibat
infeksi dikatakan sebagai ikan terkena penyakit infeksi, demikian pula jika
ikan sakit akibat defisiensi nutrien dapat dikatakan sebagai ikan terkena
penyakit defisiensi nutrien.
2.10.
Pemijahan
Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan
sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan
sebagai salah satu aspek dari reproduksi merupakan mata rantai dari siklus
hidup yang menentukan kelangsungan hidup species. Penambahan populasi ikan
tergantung dari kondisi tempat telur dan larva ikan yang kelak akan
berkembang. Oleh karena itu pemijahan
menuntut keamanan bagi kelangsungan hidup larva/benih ikan, tempat yang cocok,
waktu yang tepat dan kondisi yang lebih menguntungkan.
Induk lele dumbo yang telah diseleksi kematangan gonad selanjutnya
dipijahkan secara alami. Induk tersebut dimasukan ke dalam bak pemijahan yang
telah disiapkan. Induk akan memijah setelah 8 – 12 jam setelah dilepaskan
kedalam bak.
Saat pemijahan akan terjadi aksi kejar-kejaran semalam, induk jantan akan
mengejar induk betina dalam proses ini, jika kolam terbuatdari bahan yang kasar
maka lele akan terluka dan terkena infeksi virus dan dapat menimbulkan
kematian. Sediakan tutup rapat karena pada masa ini kana terjadi kejar-kejaran
hingga lompat-lompatan.
Masa pemijahan ini biasanya berlangsung semalaman, keesokan harinya kita
akan melihat banyak telur-telur yang menempel pada kakaban hasil dari pemijahan
semalam. Bila ini terjadi pidahkan sepasang induk yang telah melakukan
pemijahan tersebut agar telur telur tidak di makan.
III.
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan
Tugas akhir ini dilakukan di
BBI Jati, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Praktik kerja lapangan ini
dilaksanakan selama 40 hari masa kerja mulai tanggal
3.2 Metode atau prosedur pelaksanaan
Adapun metode yang
digunakan dalam Praktik Kerja Industri adalah :
- Metode Partisifatif
Dalam metode ini mahasiswa langsung turun kelapangan untuk melakukan
semua kegiatan pemijahan dengan bantuan pembimbing lapangan yang memberikan
arahan sehingga dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan ilmu yang didapat dibangku kuliah.
- Metode Studi Pustaka
Metode pustaka ini dengan cara membaca literatur-literatur yang berhubungan
dengan pendederan ikan lele dumbo.
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1.Pendederan
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk
menghasilkan benih ukuran tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran.
Pendederan lele sangkuriang dilakukan dalam tiga tahap pendederan, yaitu
pendederan pertama (PI) selama 14-21 hari, pendederan ke dua (PII) selama 21-28
hari, dan pendederan ke tiga (PIII) selama 14-21 hari.
Tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk menghasilkan
benih-benih yang mempunyai keunggulan dari segi keseragaman umur dan ukuran,
jumlah benih yang dihasilkan, serta rendahnya tingkat mortalitas pada setiap
fase pertumbuhan. Selain itu pendederan ini dilakukan untuk mengantisipasi
kejenuhan kolam dalam hal penyediaan lingkungan yang baik, serta penyediaan
kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh benih untuk tumbuh dan berkembang.
·
Pendederan
Pertama (PI)
Pendederan pertama adalah pemeliharaan larva lepas hapa yaitu larva yang
baru berumur 5 hari sejak menetas. Hal yang harus diperhatikan dalam pendederan
pertama ini adalah penyediaan makanan yang berkualitas, karena larva
membutuhkan protein yang tinggi untuk pertumbuhannya. Pakan yang mengandung
protein tinggi adalah pakan alami seperti daphnia, moina sp, artemia dan
tubifek. Dari jenis pakan alami tersebut, artemia merupakan pakan yang
sangat cocok untuk larva ikan setelah persediaan kuning telur dalam tubuhnya
habis. Namun artemia ini harganya cukup mahal dan sulit diperoleh
didaerah-daerah tertentu.
Untuk itu lele dumbo dapat diberikan pakan dengan cacing tubifek, karena
cacing ini sudah dapat termakan oleh larva lele, disamping itu cacing tubifek
ini selain murah harganya juga bisa didapat didaerah manapun. Pendederan
pertama lele sangkuriang dilakukan dalam bak berukuran 2 x 1 x 1m.
·
Pendederan Kedua (PII)
Pendederan dua merupakan kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari
tempat pemeliharaan PI yang dipelihara selama 14-21 hari dan berukuran 2-3 cm.
Pada dasarnya tahapan kegiatan atau prosedur pengelolaan kolam PI dengan P II
adalah sama. Perbedaan kegiatan pendederan pertama dengan pendederan kedua,
hanya terletak pada :
1.
Padat penebaran di kolam P II sebanyak
100-150 ekor/m2.
2.
Pemberian
pakan tambahan,berupa pellet tepung pada minggu pertama dan kedua dan pellet
butiran berdiameter 1 mm pada minggu ketiga.
3.
Lama
pemeliharaan selama 21-28 hari
4.
Benih
ukuran panen 5-6 cm.
·
Pendederan Ketiga (PIII)
Pendederan tiga adalah kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari
tempat pemeliharaan P II yang dipelihara selama 21-28 hari, dari ukuran 2-3 cm
sampai dengan ukuran 5-6 cm. Pada dasarnya tahapan kegiatan atau prosedur
pengelolaan kolam PI , P II dan P III adalah sama. Perbedaan kegiatan
pendederan pertama, pendederan kedua dan pendederan ketiga hanya berbeda dalam
:
1.
Padat penebaran, padat penebaran di kolam
PIII sebanyak 75-100 ekor/m2.
2.
Pemberian
pakan tambahan sebanyak 5-10% bobot biomass/hari dengan frekuensi pemberian dua
kali/hari berupa pellet butiran berdiameter 1 mm.
3.
Lama
pemeliharaannya selama 14-21 hari
4.
Benih
ukuran yang dipanen 7-8 cm.
4.2. Persiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan untuk tempat budidaya
ikan lele. Setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing
bila ditinjau dari segi usaha budidaya. Untuk memutuskan kolam apa yang cocok,
harap pertimbangkan kondisi lingkungan, ketersediaan tenaga kerja dan sumber
dana ada.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah:
·
kolam tanah
·
kolam semen
·
kolam terpal
·
jaring apung
·
dan keramba
Namun dalam hal
ini kita akan membahas kolam tanah, mengingat jenis kolam ini paling banyak
digunakan oleh para peternak ikan. Sebagai pengetahuan tambahan, silahkan baca
cara membuat kolam ikan. Tahapan yang harus dilakukan dalam menyiapkan kolam
tanah adalah sebagai berikut:
a.
Pengeringan dan pengolahan tanah
Sebelum benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih
dahulu. Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar
matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak, kolam
bisa dianggap sudah cukup kering. Pengeringan kolam bertujuan untuk memutus
keberadaan mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme
tersebut bisa bekembang dari periode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan
pengeringan dan penjemuran, sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati.
Setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul.
Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan membuang gas
beracun yang tertimbun di dalam tanah. Bersamaan dengan proses pembajakan,
angkat lapisan lumpur hitam yang terdapat di dasar kolam. Lumpur tersebut
biasanya berbau busuk karena menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan
hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak
dimakan ikan.
b.
Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu
memberantas mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit
atau kapur tohor. Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar secara merata di
permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur, balik tanah agar kapur meresap
ke bagian dalam. Dosis yang diperlukan untuk pengapuran adalah 250-750 gram per
meter persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah
semakin banyak kapur yang dibutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Gunakan paduan pupuk organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organik yang dianjurkan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan pupuk kimianya adalah urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10 gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota air seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.
Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Gunakan paduan pupuk organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organik yang dianjurkan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan pupuk kimianya adalah urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10 gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota air seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.
c.
Pengaturan air kolam
Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm.
Pengisian kolam dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan
air sampai batas 30-40 cm. Biarkan kolam tersinari matahari selama satu minggu.
Dengan kedalaman seperti itu, sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton berwarna kehijauan.
Setelah satu minggu, benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal.
Dengan kedalaman seperti itu, sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton berwarna kehijauan.
Setelah satu minggu, benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal.
4.3. Pemilihan benih ikan lele
Tingkat kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas
benih yang ditebar. Benih ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau
melakukan pembenihan ikan lele sendiri.Syarat benih unggul, benih yang ditebar
harus benih yang benar-benar sehat. Ciri-ciri benih yang sehat gerakannya
lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas dari bibit
penyakit dan gerakan renangnya normal. Untuk menguji gerakannya, tempatkan ikan
pada arus air. Jika ikan tersebut menantang arah arus air dan bisa bertahan
berarti gerakan renangnya baik.
4.4.Cara menebar benih
Sebelum benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terlebih dahulu.
Caranya, masukan benih dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan
selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu kolam
sebagai lingkungan barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih keluar dengan
sendirinya. Metode ini bermanfaat mencegah stres pada benih.
Tebarkan benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per
meter persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah benih
yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat benih ditebar.
Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan air untuk mengambil
pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya disesuaikan dengan ukuran tubuh
ikan sampai mencapai ketinggian air yang ideal.
4.5.
Pakan untuk budidaya ikan lele
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada
banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik
adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu.
FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan daging. Semakin kecil
nilai FCR, semakin baik kualitas pakan.
Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan
pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan pabrik
terasa mahal, silahkan coba membuat sendiri pakan lele alternatif.
Pemberian pakan utama Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus
banyak mengandung protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan
ikan lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%),
vitamin dan mineral.
Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi dengan
keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih mana yang bisa
dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan kadaluarsa.
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari.
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari.
Ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Pertimbangkan
pemberian pakan lebih banyak pada sore dan malam hari. Si pemberi pakan harus
jeli melihat reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan
dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk menyantapnya.
Selain pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan
tambahan. Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran
pakan yang menguras kantong. Apabila kolam kita dekat dengan pelelangan ikan,
bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar. Ikan rucah adalah hasil ikan
tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau
cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran
ampas tahu. Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih
dahulu. Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging
keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk limbah ayam bersihkan
bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.
Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan
sampai telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka
memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar
ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.
4.6.
Pengelolaan air
Hal penting lain dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam.
Untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap
terjaga.
Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk.
Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk.
Apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah.
Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung
pada kebiasaan pemberian pakan. Apabila dalam pemberian pakan banyak
menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan.
4.7.Seleksi Benih
Seleksi benih dilakukan untuk memisahkan antara benih yang berukuran
besar dengan benih yang berukuran kecil. Masing-masing ditampung dalam bak yang
berbeda. Pemisahan benih berdasarkan ukuran tersebut mempunyai tujuan agar
dalam satu kolam hanya berisi benih yang berukuran seragam sehingga tidak ada
persaingan dalam makanan. Seleksi benih lele sangkuriang dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu seleksi secara manual dan seleksi dengan menggunakan alat.
·
Seleksi secara manual
Seleksi manual artinya menyeleksi benih tanpa menggunakan alat atau hanya
dengan menggunakan tangan saja. Cara ini efektif digunakan bila jumlah benihnya
sedikit. Bila benihnya banyak, cara ini kurang praktis karena akan memerlukan
banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi manual dilakukan dengan cara, benih ditangkap dengan
menggunakan sekupnet halus, kemudian diletakkan di dalam wadah yang sudah ada
airnya, tangan kiri memegang gagang sekupnet dan tangan kanan memilih ikan,
benih berukuran besar langsung dimasukan ke bak lain.
·
Seleksi dengan menggunakan alat
Alat yang biasa digunakan adalah baskom grading yang terbuat dari plastik
dengan ukuran lubang tergantung dari ukuran benih. Untuk benih hasil dari
pemeliharaan larva, digunakan mess berukuran 1 cm. Cara ini dapat dilakukan
baik untuk benih dalam jumlah banyak maupun sedikit. Seleksi dengan alat mudah
dilakukan serta tidak memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi dengan menggunakan alat yaitu benih ditangkap dengan
sekupnet. Jumlah benih yang diambil jangan terlalu banyak agar benih tidak
rusak. Baskom grading diletakan dalam bak lain yang telah berisi air dan belum
ada ikannya. Masukan benih kedalam baskom grading dan biarkan beberapa saat.
Benih yang berukuran kecil akan keluar dengan sendirinya. Sedangkan benih yang
berukuran besar akan tertampung dalam baskom grading, kemudian dimasukan ke
dalam bak lain.
4.8. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama predator
seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama yang menjadi
pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang
saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar di sekeliling kolam.
Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan
virus. Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan.
Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan
ekor.
Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas
air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan mempertahankan
suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit infeksi, ikan lele juga bisa
terserang penyakit non-infeksi seperti kuning, kekurangan vitamin dan
lain-lain.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktik kerja lapangan yang dilakukan di BBI
jati Cianjur, Jawa Barat dapat dalam kegiatan
pembenihan ikan lele dumbo dapat simpulkan sebagai berikut:
1. Tujuan dalam
pendederan ini adalah untuk menghasilkan benih yang berkuantitas dan
berkualitas yang tinggi.
2. Larva lele
sangat rentan terhadap penyakit, jadi harus benar- benar di perhatikan kualitas
air, pemberaian pakan dll
4.2. Saran
1. Dalam
tahapan pemeliharaan larva disarankan untuk tahapan pemberian pakan teratur
supaya tidak terjadi kanibalisme,karna kalau kita telat memberi pakan larva
satu akan memakan larva lainnya dan otomatis jumlah larva akan berkurang.
2
Untuk penyiponan bak pemeliharaan larva
dilakukan setiap kali larva diberi pakan kali supaya bak pemelihana larva tidak
kotor dan larva tidak mudah terserang penyakit
3
Perhatikan
pula cara pembudidayaannya, memberi makan, pemilihan bibit, pembuatan kolam
agar hasilnya seperti yang kita harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K., Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15
Ikan Konsumsi Agromedia. Jakarta
Soetomo, M. H. A. 1987. Teknik Budi daya Ikan Lele
Dumbo. Sinar Baru. Bandung.
Austin, B. and D. Austin. 1987. Bacterial Fish
Pathogen. Ellis Hoorwood. London. pp. 250-262.
Puspowardoyo, H. dan
Djarijah, A. 2002. Pembenihan dan pembesaran lele sangkuriang hemat air.
Kanisius. Yogyakarta.
Kaya, C.M. and A.D. Hasler. 1972. Photopheroid and
Temperature Effects on the Gonads of Green Sunfish, Lepomis cyaneilu
(rafinisque), During the Quiscent, Winter Phese of its Annual Sexual Cycle.
Trans. Amer, fish. Soc. 101-\275 hal.
Lukito, A. M. 2002. Lele
Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta.
LAMPIRAN