Sabtu, 18 Juni 2016

laporan pendederan ikan lele



PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus).
DI BBI  JATI CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT






TUGAS AKHIR






OLEH

TANTAN RUSMANA
NPM : LAIN UMAT
JURUSAN PETERNAKAN


 







POLITEKNIK NEGERI lAMPUNG
PROGRAM DILUAR DOMISILI 
KABUPATEN CIANJUR
2016
ABSTRAK

TANTAN RUSMANA. Program Studi Budidaya Perikanan Program Diploma 1, Politeknik Negeri Lampung, Pemiahan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di BBI  Jati Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Jawa Barat.  Pembimbing Suar , S.Pi., M.Si dan R. Selfi Nendris S, S.Pi.
Produksi ikan Lele dumbo di indonesia memberikan dampak positif yang signifikan pada sektor ekonomi. Salah satu jenis ikan air tawar yang umum dipeliharan dan dibudidayakan yaitu ikan nila Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
Ikan Lele Dumbo merupakan jenis ikan lele yang cukup populer di masyarakat. Ikan lele dumbo  ini lebih di sukai oleh petani ikan lele dikarenakan  relative lebih cepat besar di banding ikan lele jenis lain nya dan rasa yang gurih dengan tektur daging yang lembut di sukai pecinta kuliner ikan.
Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah bentuk apresiasi mahasiswa dalam menambah wawasan serta keterampilan dalam pengembangan ikan budidaya  khususnya ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Dalam pendederan ikan lele dumbo ini  di mulai dari larva sampai menjadi benih dengan seterusnya haruslah dengan sesuai standar operasional untuk memperoleh benih ikan lele yang dapat menghasilkan benih ikan lele dengan kuantitas dan kualitas yang baik.
                                                                                       







PEDEDERAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
DI BBI  JATI CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT






TUGAS AKHIR
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli pratama
Pada program studi budidaya perikanan






OLEH

TANTAN RUSMANA
NPM :
JURUSAN PETERNAKAN




POLITEKNIK NEGERI lAMPUNG
PROGRAM DILUAR DOMISILI 
KABUPATEN CIANJUR
2016



HALAMAN PENGESAHAN

1.      Judul PKL Mahasiswa                  :  Pendederan ikan Lele Dumbo di BBI jati
                                                               Ciranjang
2.      Nama Mahasiswa                          :  TANTAN RUSMANA
3.      Nomor Pokok Mahasiswa             : 
4.      Program Studi                               :  Budidaya Perikanan
5.      Jurusan                                          :  Peternakan


    Menyetujui,
    Pembimbing
Pembimbing I,   




(..........................................)
NIP.
                       Pembimbing II,




( .......................................)
                NIP.
                                               
           Ketua Program Studi
Budidaya Perikanan





(Syamsul Mu’min, S.Pi., M.Si.)
NIP. 198008132010011009

Tanggal Ujian  :

RIWAYAT HIDUP




 

Penulis dilahirkan di Cianjur , Kabupaten Cianjur pada tanggal 19 Januari 1982 atas nama TANTAN RUSMANA merupakan anak keempat dari empat bersaudara, pasangan Eman Sulaeman dan Ati Suarti, bertempat tinggal di Kp. Maleber desa Maleber  Kec Karangtengah Kabupaten Cianjur.
Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Maleber pada tahun 1988 diselesaikan pada tahun 1994 melanjutkan ke Sekolah SMP Pasundan Cianjur dan lulus pada tahun 1997, kemudian melanjutkan ke sekolah SMK PGRI 3 otomotif Cianjur pada tahun 1997 dan lulus tahun 2000.
Penulis tercatat sebagai mahasiswa PDD Polinela Kabupaten Cianjur Program Studi Budidaya Perikanan  dan lulus pada tahun 2016.
.

LEMBAR PERSEMBAHAN







KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan PKL yang berjudul “Pendederan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus ) di BBI Jati Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat”.
Penyusunan PKL bertempat di BBI  Jati Ciranjang-Cianjur, dilaksanakan mulai tanggal 15 Februari sampai dengan 15 Maret 2016.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu. Ir. NR. Dewi Sopiah Azhuri, MT. selaku Direktur PDD Polinela Kabupaten Cianjur.
2.      Bapak Ade Sofyan, SP., MP. selaku Wakil Direktur I bagian Kurikulum.
3.      Syamsul Mu’min, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Prgram Studi  Budidaya Perikanan.
4.      Bapak R. Selfi Nendris, S.Pi., M.M selaku pembimbing II
5.      Bapak Sani Irwanto selaku pembimbing PKL
6.      Bapak/Ibu selaku dosen perikanan
7.      Seluruh pengurus AK Cianjur
8.      Rekan-rekan Mahasiswa Akademika Komunitas Negeri Cianjur yang telah mendukung  penulis.
9.      Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, motivasi, doa serta dukungan moral dan material demi keberhasilan penulis.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan, itulah saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.


                                                                  Cianjur,          September 2016
Penulis

DAFTAR ISI


                                                                                                   Halaman      
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... i
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... ii
I.              PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1  Latar belakang.............................................................................................
1.2  Ruang lingkup
1.2 Tujuan dan manfaat....................................................................................
II.           TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... .........
2.1  Klasifikasi ........................................................................................
2.2  Morfologi..........................................................................................
2.3  Kebiasaan hidup..........................................................................................           
2.4  Biologi reproduksi.......................................................................................
2.5  Makan dan kebiasaan makan............................................................
2.6  Pertumbuhan.....................................................................................
2.7  Kelangsungan hidup.........................................................................
2.8  Parameter kualitas air........................................................................
2.9  Hama dan penyakit...........................................................................

III.        METODE PELAKSANAAN........................................................................
3.1  Waktu dan tempat pelaksanaan........................................................
3.2  Metode atau prosedur pelaksanaan...................................................

IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................
4.1  Persiapan wadah dan sbtrat (kakaban) .............................................
4.2  Pemilihan induk................................................................................
4.3  Pemberokan ......................................................................................
4.4  Pemijahan..........................................................................................
4.5  Penetasan telur..................................................................................
4.6  Pemeliharaan larva............................................................................
V.           KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................
5.1  Kesimpulan.................................................................................................
5.2  Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
                                                                                 I.            LAMPIRAN..............................................................................          













I.                   PENDAHULUAN


1.1.Latar belakang
Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama bisa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Perikanan 2004).                                                                                                       
Salah satu bisnis sektor perikanan yang mempunyai potensi cukup besar adalah Ikan lele  merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya lele berkembang dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat dan pemasarannya relatif mudah serta modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan benih ukuran tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran. Pendederan lele sangkuriang dilakukan dalam tiga tahap pendederan, yaitu pendederan pertama (PI) selama 14-21 hari, pendederan ke dua (PII) selama 21-28 hari, dan pendederan ke tiga (PIII) selama 14-21 hari.
Tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk menghasilkan benih-benih yang mempunyai keunggulan dari segi keseragaman umur dan ukuran, jumlah benih yang dihasilkan, serta rendahnya tingkat mortalitas pada setiap fase pertumbuhan. Selain itu pendederan ini dilakukan untuk mengantisipasi kejenuhan kolam dalam hal penyediaan lingkungan yang baik, serta penyediaan kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh benih untuk tumbuh dan berkembang.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan Praktik Kerja lapanagan adalah untuk mengetahui tentang Pemijahan ikan lele (Clarias gariepinus ) secara benar , secara langsung di lapangan. Dimana dalam hal ini bertujuan untuk  peningkatan ilmu pengetahuan dan dapat menerapkan ilmu serta belajar memasuki dunia kerja sehingga memperoleh pengalaman dan keterampilan.
1.3.Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan wawasan dan pikiran yang ilmiah dalam mengantisipasi permasalahan yang akan ditemui di lapangan. Sebagai sumber informasi yang layak bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai bagaimana cara pemijahan lele secara benar.







II.               TINJAUAN PUSTAKA

2.1.            Klasifiasi
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut:
Kingdom              : Animalia
            Sub-kingdom         : Metazoa
              Filum                    : Chordata
                      Sub Filum            : Vertebrata
                               Kelas                   : Pisces
                                        Sub Kelas            : Teleostei
                                                  Ordo                  : Ostariophysi
                                                         Sub Ordo            : Siluroidea
                                                                 Famili                  : Clariidae
                                                                       Genus                  : Clarias
                                                                Spesies                 : Clarias gariepinus.
Ikan lele (Clarias gariepinus.) adalah ikan yang termasuk dalam golongan catfish. Ikan lele mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang kritis, misalnya perairan yang kecil kadar oksigennya dan sedikit air. Ikan lele juga termasuk ikan omnivor, yaitu pemakan segala jenis makanan tetapi cenderung pemakan daging atau karnivora. Secara alami ikan lele bersifat nokturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap, tetapi dalam usaha budidaya ikan lele dibuat beradaptasi menjadi diurnal (Suryanto, 1986).
Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan ikan lainnya, sehingga dapat dengan mudah dibedakan dengan jenis-jenis ikan lain. Menurut Astuti (2003) ikan lele memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent organ). Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih. Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan dalam kondisi lingkungan perairan yang sedikit akan kandungan oksigen terlarut disebut dengan arboresence (Suryanto, 1986). Alat pernapasan tambahan ini terletak di bagian kepala di dalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat dibagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar (berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang (Pillay, 1990).
Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang diantaranya lebih panjang dan besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel pada rahang. Penglihatan lele kurang berfungsi dengan baik, akan tetapi ikan lele memiliki dua buah alat olfaktori yang terletak berdekatan dengan sungut hidung untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan penciuman. Jari-jari pertama sirip pektoralnya sangat kuat dan bergerigi pada kedua sisinya serta kasar. Jari-jari sirip pertama itu mengandung bisa dan berfungsi sebagai senjata serta alat penggerak pada saat ikan lele berada di permukaan (Rahardjo dan Muniarti, 1984).
Semua jenis ikan lele berkembang dengan ovipar, yakni pembuahan telur di luar tubuh. Ikan lele memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar usus. Ikan lele memiliki lambung yang relatif besar dan panjang. Tetapi ususnya relatif pendek daripada badannya. Hati dan gelembung renang ikan lele berjumlah 2 dan masing-masing sepasang.
Habitat ikan lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal, ada pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat berlumpur. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30oC, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27oC, kandunga oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.05 ppm (Khairuman dan Amri, 2002).

2.2.            Morfologi  
Secara morfologi, ikan Lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari warna tubuh lele berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti moziak hitam-putih. Mulut lebar, memiliki 3 buah sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. (Khairuman dan Khairul Amri, 2002)
Lele memiliki tubuh memanjang (simetris radial), bagian kepala hingga punggung berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala hingga leher terdapat bercak warna putih. memiliki sungut empat pasang yang terletak disekitar mulut. Sepasang sungut hidung, sepasang sungut maksilar, dan dua pasang sungut mandibular.Sungut maksilar berfungsi sebagai tentakel, yaitu alat untuk meraba. (Murhananto, 2002)
2.3.             Kebiasaan hidup   
Awalnya, ikan Lele hidup liar di sungai, rawa-rawa, dan hampir di semua habitat air tawar. Setelah diternakan secara intensif, ternyata lele dapat tumbuh dengan cepat. (Murhananto, 2002). Di alam ikan lele memijah pada awal musim penghujan. Hal ini disebabkan pada musim penghujan, ikan lele menagalami rangsangan untuk memijah lantaran terjadinya peningkatan kedalaman air (Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
       
2.4.            Biologi Reproduksi
Reproduksi adalah mata rantai hidup yang menentukan kelangsungan hidup species. Penambahan populasi tergantung pada keberhasilan pemijahan dan juga tergantung pada kondisi telur dimana telur dan larva kelak akan berkembang. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian dan keamanan kelangsungan hidup turunannya dengan memilih tempat, waktu, dan kondisi yang menguntungkan. Sehubungan dengan hal tersebut, pemijahan setiap species ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda tergantung pada habitat pemijahan itu.
Dalam pemijahan ikan lele induk betina akan membuat sarang untuk meletakkan telurnya, bersamaan dengan itu induk jantan akan menyemprotkan spermanya disekitar telur-telur tersebut, sehingga telur terbuahi. Telur yang telah dibuahi akan di jaga oleh induk betina sampai menetas dan menjadi lele kecil yang kuat mencari makan sendiri. Telur-telur tersebut akan menetas dalam jangka waktu 2 – 3 hari (Sri Najiyati, 2004).

2.5.            Makanan dan Kebiasaan Makan
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah frekuensi pemberian pakan dan konversi pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging ikan. Pakan alami ikan lele berupa jasad hewani yaitu krustasea kecil, larva serangga (kutu air, jentik nyamuk), cacing, dan moluska (Susanto, 1988). Ketersedian pakan alami merupakan faktor pembatas bagi kehidupan benih di kolam. Ukuran pakan alami harus sesuai dengan bukaan mulut dan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Selain itu, pakan alami mempunyai gerakan yang lambat sehingga mudah dimakan ikan. Sedangkan pakan buatan merupakan campuran dari berbagai bahan yang diolah menurut keperluan untuk diberikan ke ikan sebagai sumber energi. Pemberian pakan pada benih ikan umur 7 sampai 15 hari dalam bentuk tepung dan remah. Benih umur 15 sampai 30 hari dapat diberi pakan berupa pelet yang berdiameter ± 1 mm atau disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pakan ini diberikan 3-5 kali sehari (Soetomo, 1987).
Frekuensi pemberian pakan adalah jumlah pemberian pakan per satuan waktu, misalnya dalam satu hari pakan diberikan tiga kali. Pada ukuran larva frekuensi pemberian pakan harus tinggi karena laju pengosongan lambungnya lebih cepat. Konversi pakan dapat diartikan sebagai kemampuan spesies akuakultur mengubah pakan menjadi daging sedangkan efisiensi pakan adalah bobot basah daging ikan yang diperoleh per satuan berat kering pakan yang diberikan.
Nilai konversi pakan menunjukkan sejauh mana makanan efisien dimanfaatkan oleh ikan peliharaan. Konversi pakan tergantung pada spesies ikan (kebiasaan makan, tingkat tropik, ukuran/ stadia,), kualitas air meliputi kadar oksigen dan amoniak serta suhu air, dan pakan baik secara kualitas maupun kuantitas. Efisien pakan berubah sejalan dengan tingkat pemberian pakan dan ukuran ikan. Menurut Schmitou (1992) dalam Hasanah (2003) efisiensi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas pakan, jumlah pakan, spesies ikan, ukuran ikan dan kualitas air. Konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan efektifitas pakan (Watanabe, 1988).
Ikan lele termasuk jenis ikan pemakan segala atau omnivora, tetapi dialam bebas makanan alami lele terdiri dari jasdad-jasad renik yang berupa zooplakton dan fitoplankton seperti jentik-jentik nyamuk, anak ikan, dan sisa-sisa bahan organik yang masih segar. Sri Najiyati (2004)
Ikan lele menyukai makanan alami berupa binatang renik, seperti kutu air dari kelompok daphnia, cladocera,atau copepoda. Dengan pola makannya itu ikan lele sangkuriang digolongkan sebagai ikan pemakan daging (Karnivora) dan ikan lele ini dapat juga memakan pakan buatan seperti pelet, limbah peternakan ayam, dan limbah peternakan lainnya.(Khairuman dan Khairul Amri, 2002).

2.6.             Pertumbuhan
Menurut Syamsul Arifin (1991), menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dikatakan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat didalam waktu tertentu, pertambahan ukuran ini karena adanya proses hayati yang terus mwnerus terjadi didalam tubuh organisme.
Selanjutnya Zonneveld dkk. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dianggap sebagai suatu proses yang diawali dari pengambilan makan dan diakhiri dengan penyusunan unsur-unsur.
Pertumbuhan yaitu perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal seperti umur dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas juga mempengaruhi pertumbuhan (Huet, 1971).
Ketersediaan pakan dan oksigen sangat penting bagi ikan untuk pertumbuhan. Di sisi lain, bahan buangan metabolik akan mengganggu pertumbuhan ikan. Pada kondisi kepadatan ikan yang tinggi, ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan akan berkurang, sedangkan bahan buangan metabolik ikan tinggi (Hepher, 1978).
2.7.            Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu. Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas air serta perbandingan antara jumlah makanan dan kepadatannya (Effendi, 2002). Padat tebar yang terjadi dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat kelangsungan hidup suatu organisme, terlihat kecenderungannya bahwa makin meningkat padat tebar ikan maka tingkat kelangsungan hidupnya akan makin kecil (Allen, 1974).
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh nutrisi makanan Selain itu peningkatan padat tebar ikan juga beRpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan (Rukmana, 2003). Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara 73,5-86,0 %. Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kualitas air meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH) perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan (Gustav, 1998 dalam Safitri 2007).
Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele yang perlu diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air. Meskipun ikan lele bisa bertahan pada kolam yang sempit dengan padat tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu juga pakan yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan kuantitasnya disesuaikan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air (Yuniarti, 2006), sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat bertahan hidup

2.8.            parameter kualitas air kolam lele
Dalam usaha berbudidaya ikan, termasuk lele, salah satu hal penting adalah menyiapkan media. media berupa air tempat hidup ikan haruslah berada pada kondisi yang baik. Artinya, kolam memenuhi syarat untuk hidup ikan tersebut.
Salah satu hal yang menyebabkan ikan terkena penyakit adalah kondisi air di kolam yang kurang layak. Penyakit bisa muncul karena kualitas kolam yang kurang memenuhi syarat misalnya, pH yang kurang sesuai, suhunya terlalu tinggi, kandungan amoniaknya besar, dan lain-lain. 
Media yang bagus untuk lele sebaiknya parameter kualitas air pada posisi optimum. yaitu :
pH
7-8
Suhu
28-32 derajat Celsius
Oksigen
2-3 ppm
Amoniak
<0,012ppm
Nitrit
<0,2ppm
KH (CaCO3)  
>20PPM

Dari 6 parameter air yang paling penting adalah pH, yang berguna untuk mendeteksi potensi produktifitas kolam. pH air yang agak basa dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh tumbuhan (garam, amonia dan nitrat).
Bila pH dibawah 7 atau diatas 8, bisa mengganggu proses produksi budidaya ikan lele.
Naik turunya pH dalam media ikan lele pada kondisi tidak optimum sangat mengganggu pada kehidupan ikan lele khususnya fase pra larva dan larva. Untuk itu, pembudidaya wajib mempunyai pH tester agar kualitas air dapat terdeteksi sejak dini. Alat untuk mengukur pH, tersedia di pasaran, mulai dari kertas lakmus sampai pH meter dengan jarum penunjuk yang sangat praktis digunakan. Jika ikan cepat stres dan terkena bermacam penyakit, segera lakukan pemeriksaan pada kolam dengan memperhatikan dengan hal-hal diatas.

2.9.            Hama dan Penyakit
2.9.1.      Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,membunuh dan mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama bersifat sebagai organisma yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor (penyaing). Sebagai predator (organisme pemangsa), yakni makhluk yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat bersama saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang ada.
Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga air, ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan hanya pada saat ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat. Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya umumnya hama sulit memangsanya. Hama yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular, belut, ikan liar pemangsa. Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit. Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah juga akan mengganggu. Meskipun bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi pesaing bagi ikan dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.

2.9.2.      Penyakit
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dengan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit.
Perkembangan dan keseriusan suatu penyakit dalam akuakultur meliputi suatu interaksi yang kompleks antara tingkat virulensi patogen, derajat imunitas inang, kondisi fisiologis dan genetic hewan, stress dan padat tebaran. Secara umum faktor-faktor yang terkait dengan timbulnya penyakit merupakan interaksi dari 3 faktor, yaitu inang, patogen, dan lingkungan atau stressor eksternal (yaitu perubahan di lingkungan yang tidak menguntungkan, tingkat higienik yang buruk dan stress) (Austin dan Austin, 1999),
Sakit pada ikan yaitu suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan penurunan kemampuan ikan secara gradual dalam mempertahankan fungsi-fungsi fisiologik normal. Pada keadaan tersebut ikan dalam kondisi tidak seimbang fisiologisnya serta tidak mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengn kondisi lingkungan. Timbulnya sakit dapat akibat infeksi patogen yang dapat berupa bakteri, virus, fungi atau parasit. Sakit dapat pula akibat defisiensi atau malnutrisi, atau sebab-sebab lain. Ikan yang sakit akibat infeksi dikatakan sebagai ikan terkena penyakit infeksi, demikian pula jika ikan sakit akibat defisiensi nutrien dapat dikatakan sebagai ikan terkena penyakit defisiensi nutrien.

2.10.        Pemijahan
Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan sebagai salah satu aspek dari reproduksi merupakan mata rantai dari siklus hidup yang menentukan kelangsungan hidup species. Penambahan populasi ikan tergantung dari kondisi tempat telur dan larva ikan yang kelak akan berkembang.  Oleh karena itu pemijahan menuntut keamanan bagi kelangsungan hidup larva/benih ikan, tempat yang cocok, waktu yang tepat dan kondisi yang lebih menguntungkan.
Induk lele dumbo yang telah diseleksi kematangan gonad selanjutnya dipijahkan secara alami. Induk tersebut dimasukan ke dalam bak pemijahan yang telah disiapkan. Induk akan memijah setelah 8 – 12 jam setelah dilepaskan kedalam bak.
http://3.bp.blogspot.com/-6EdVeKLv0zM/VZM6ONxRUMI/AAAAAAAAAHM/LzleCUjDWgc/s400/Proses%2BPemijahan%2BIkan%2BLele.jpg
Saat pemijahan akan terjadi aksi kejar-kejaran semalam, induk jantan akan mengejar induk betina dalam proses ini, jika kolam terbuatdari bahan yang kasar maka lele akan terluka dan terkena infeksi virus dan dapat menimbulkan kematian. Sediakan tutup rapat karena pada masa ini kana terjadi kejar-kejaran hingga lompat-lompatan.
Masa pemijahan ini biasanya berlangsung semalaman, keesokan harinya kita akan melihat banyak telur-telur yang menempel pada kakaban hasil dari pemijahan semalam. Bila ini terjadi pidahkan sepasang induk yang telah melakukan pemijahan tersebut agar telur telur tidak di makan.

III.             METODE PELAKSANAAN

3.1  Waktu dan tempat pelaksanaan
Tugas akhir ini dilakukan di BBI Jati, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan selama 40 hari masa kerja mulai tanggal

3.2  Metode atau prosedur pelaksanaan
Adapun metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Industri adalah :
  1. Metode Partisifatif
Dalam metode ini mahasiswa langsung turun kelapangan untuk melakukan semua kegiatan pemijahan dengan bantuan pembimbing lapangan yang memberikan arahan sehingga dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang didapat dibangku kuliah.
  1. Metode Studi Pustaka
Metode pustaka ini dengan cara membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan pendederan ikan lele dumbo.









IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Pendederan
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan benih ukuran tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran. Pendederan lele sangkuriang dilakukan dalam tiga tahap pendederan, yaitu pendederan pertama (PI) selama 14-21 hari, pendederan ke dua (PII) selama 21-28 hari, dan pendederan ke tiga (PIII) selama 14-21 hari.
Tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk menghasilkan benih-benih yang mempunyai keunggulan dari segi keseragaman umur dan ukuran, jumlah benih yang dihasilkan, serta rendahnya tingkat mortalitas pada setiap fase pertumbuhan. Selain itu pendederan ini dilakukan untuk mengantisipasi kejenuhan kolam dalam hal penyediaan lingkungan yang baik, serta penyediaan kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh benih untuk tumbuh dan berkembang.
·         Pendederan Pertama (PI)
Pendederan pertama adalah pemeliharaan larva lepas hapa yaitu larva yang baru berumur 5 hari sejak menetas. Hal yang harus diperhatikan dalam pendederan pertama ini adalah penyediaan makanan yang berkualitas, karena larva membutuhkan protein yang tinggi untuk pertumbuhannya. Pakan yang mengandung protein tinggi adalah pakan alami seperti daphnia, moina sp, artemia dan tubifek. Dari jenis pakan alami tersebut, artemia merupakan pakan yang sangat cocok untuk larva ikan setelah persediaan kuning telur dalam tubuhnya habis. Namun artemia ini harganya cukup mahal dan sulit diperoleh didaerah-daerah tertentu.
Untuk itu lele dumbo dapat diberikan pakan dengan cacing tubifek, karena cacing ini sudah dapat termakan oleh larva lele, disamping itu cacing tubifek ini selain murah harganya juga bisa didapat didaerah manapun. Pendederan pertama lele sangkuriang dilakukan dalam bak berukuran 2 x 1 x 1m.

·         Pendederan Kedua (PII)
Pendederan dua merupakan kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari tempat pemeliharaan PI yang dipelihara selama 14-21 hari dan berukuran 2-3 cm. Pada dasarnya tahapan kegiatan atau prosedur pengelolaan kolam PI dengan P II adalah sama. Perbedaan kegiatan pendederan pertama dengan pendederan kedua, hanya terletak pada :
1.       Padat penebaran di kolam P II sebanyak 100-150 ekor/m2.
2.       Pemberian pakan tambahan,berupa pellet tepung pada minggu pertama dan kedua dan pellet butiran berdiameter 1 mm pada minggu ketiga.
3.       Lama pemeliharaan selama 21-28 hari
4.       Benih ukuran panen 5-6 cm.
·         Pendederan Ketiga (PIII)
Pendederan tiga adalah kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari tempat pemeliharaan P II yang dipelihara selama 21-28 hari, dari ukuran 2-3 cm sampai dengan ukuran 5-6 cm. Pada dasarnya tahapan kegiatan atau prosedur pengelolaan kolam PI , P II dan P III adalah sama. Perbedaan kegiatan pendederan pertama, pendederan kedua dan pendederan ketiga hanya berbeda dalam :
1.       Padat penebaran, padat penebaran di kolam PIII sebanyak 75-100 ekor/m2.
2.       Pemberian pakan tambahan sebanyak 5-10% bobot biomass/hari dengan frekuensi pemberian dua kali/hari berupa pellet butiran berdiameter 1 mm.
3.       Lama pemeliharaannya selama 14-21 hari
4.       Benih ukuran yang dipanen 7-8 cm.
4.2. Persiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan untuk tempat budidaya ikan lele. Setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya. Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi lingkungan, ketersediaan tenaga kerja dan sumber dana ada.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah:
·         kolam tanah
·         kolam semen
·         kolam terpal
·         jaring apung
·         dan keramba
Namun dalam hal ini kita akan membahas kolam tanah, mengingat jenis kolam ini paling banyak digunakan oleh para peternak ikan. Sebagai pengetahuan tambahan, silahkan baca cara membuat kolam ikan. Tahapan yang harus dilakukan dalam menyiapkan kolam tanah adalah sebagai berikut:

a.      Pengeringan dan pengolahan tanah
Sebelum benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih dahulu. Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak, kolam bisa dianggap sudah cukup kering. Pengeringan kolam bertujuan untuk memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari periode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan penjemuran, sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati. Setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah. Bersamaan dengan proses pembajakan, angkat lapisan lumpur hitam yang terdapat di dasar kolam. Lumpur tersebut biasanya berbau busuk karena menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak dimakan ikan.

b.      Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau kapur tohor. Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar secara merata di permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur, balik tanah agar kapur meresap ke bagian dalam. Dosis yang diperlukan untuk pengapuran adalah 250-750 gram per meter persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah semakin banyak kapur yang dibutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Gunakan paduan pupuk organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organik yang dianjurkan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan pupuk kimianya adalah urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10 gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota air seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.

c.       Pengaturan air kolam
Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian kolam dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air sampai batas 30-40 cm. Biarkan kolam tersinari matahari selama satu minggu.
Dengan kedalaman seperti itu, sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton berwarna kehijauan.
Setelah satu minggu, benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal.

4.3. Pemilihan benih ikan lele
Tingkat kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas benih yang ditebar. Benih ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau melakukan pembenihan ikan lele sendiri.Syarat benih unggul, benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Ciri-ciri benih yang sehat gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal. Untuk menguji gerakannya, tempatkan ikan pada arus air. Jika ikan tersebut menantang arah arus air dan bisa bertahan berarti gerakan renangnya baik.



4.4.Cara menebar benih
Sebelum benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terlebih dahulu. Caranya, masukan benih dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu kolam sebagai lingkungan barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat mencegah stres pada benih.
Tebarkan benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per meter persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah benih yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang ideal.

4.5. Pakan untuk budidaya ikan lele
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan.
Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan pabrik terasa mahal, silahkan coba membuat sendiri pakan lele alternatif.
Pemberian pakan utama Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral.
Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan kadaluarsa.
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari.
Ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian pakan lebih banyak pada sore dan malam hari. Si pemberi pakan harus jeli melihat reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk menyantapnya.
Selain pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan tambahan. Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran pakan yang menguras kantong. Apabila kolam kita dekat dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar. Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu. Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk limbah ayam bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.
Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.

4.6. Pengelolaan air
Hal penting lain dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam. Untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga.
Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk.
Apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada kebiasaan pemberian pakan. Apabila dalam pemberian pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan.

4.7.Seleksi Benih
Seleksi benih dilakukan untuk memisahkan antara benih yang berukuran besar dengan benih yang berukuran kecil. Masing-masing ditampung dalam bak yang berbeda. Pemisahan benih berdasarkan ukuran tersebut mempunyai tujuan agar dalam satu kolam hanya berisi benih yang berukuran seragam sehingga tidak ada persaingan dalam makanan. Seleksi benih lele sangkuriang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu seleksi secara manual dan seleksi dengan menggunakan alat.
·         Seleksi secara manual
Seleksi manual artinya menyeleksi benih tanpa menggunakan alat atau hanya dengan menggunakan tangan saja. Cara ini efektif digunakan bila jumlah benihnya sedikit. Bila benihnya banyak, cara ini kurang praktis karena akan memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi manual dilakukan dengan cara, benih ditangkap dengan menggunakan sekupnet halus, kemudian diletakkan di dalam wadah yang sudah ada airnya, tangan kiri memegang gagang sekupnet dan tangan kanan memilih ikan, benih berukuran besar langsung dimasukan ke bak lain.

·         Seleksi dengan menggunakan alat
Alat yang biasa digunakan adalah baskom grading yang terbuat dari plastik dengan ukuran lubang tergantung dari ukuran benih. Untuk benih hasil dari pemeliharaan larva, digunakan mess berukuran 1 cm. Cara ini dapat dilakukan baik untuk benih dalam jumlah banyak maupun sedikit. Seleksi dengan alat mudah dilakukan serta tidak memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi dengan menggunakan alat yaitu benih ditangkap dengan sekupnet. Jumlah benih yang diambil jangan terlalu banyak agar benih tidak rusak. Baskom grading diletakan dalam bak lain yang telah berisi air dan belum ada ikannya. Masukan benih kedalam baskom grading dan biarkan beberapa saat. Benih yang berukuran kecil akan keluar dengan sendirinya. Sedangkan benih yang berukuran besar akan tertampung dalam baskom grading, kemudian dimasukan ke dalam bak lain.
4.8. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama predator seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama yang menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar di sekeliling kolam.
Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan ekor.
Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit infeksi, ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning, kekurangan vitamin dan lain-lain.








V.                KESIMPULAN DAN SARAN


4.1.       Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktik kerja lapangan yang dilakukan di BBI jati  Cianjur, Jawa Barat dapat dalam kegiatan pembenihan ikan lele dumbo dapat simpulkan sebagai berikut:
1.      Tujuan dalam pendederan ini adalah untuk menghasilkan benih yang berkuantitas dan berkualitas yang tinggi.
2.      Larva lele sangat rentan terhadap penyakit, jadi harus benar- benar di perhatikan kualitas air, pemberaian pakan dll




4.2.       Saran
1.      Dalam tahapan pemeliharaan larva disarankan untuk tahapan pemberian pakan teratur supaya tidak terjadi kanibalisme,karna kalau kita telat memberi pakan larva satu akan memakan larva lainnya dan otomatis jumlah larva akan berkurang.
2        Untuk penyiponan bak pemeliharaan larva dilakukan setiap kali larva diberi pakan kali supaya bak pemelihana larva tidak kotor dan larva tidak mudah terserang penyakit
3         Perhatikan pula cara pembudidayaannya, memberi makan, pemilihan bibit, pembuatan kolam agar hasilnya seperti yang kita harapkan.



DAFTAR PUSTAKA
Amri, K., Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi Agromedia. Jakarta
Soetomo, M. H. A. 1987. Teknik Budi daya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru. Bandung.
Austin, B. and D. Austin. 1987. Bacterial Fish Pathogen. Ellis Hoorwood. London. pp. 250-262.
Puspowardoyo, H. dan Djarijah, A. 2002. Pembenihan dan pembesaran lele sangkuriang hemat air. Kanisius. Yogyakarta.
Kaya, C.M. and A.D. Hasler. 1972. Photopheroid and Temperature Effects on the Gonads of Green Sunfish, Lepomis cyaneilu (rafinisque), During the Quiscent, Winter Phese of its Annual Sexual Cycle. Trans. Amer, fish. Soc. 101-\275 hal.
Lukito, A. M. 2002. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta.













LAMPIRAN