Sabtu, 18 Juni 2016

laporan pendederan iakn nila



PENDEDERAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
DI BPPPU 3 JATI CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT




TUGAS AKHIR

                                                                 




OLEH

UJANG HOERUDIN
NPM : 147424028





JURUSAN PETERNAKAN



 











POLITEKNIK NEGERI lAMPUNG
PROGRAM DILUAR DOMISILI  
KABUPATEN CIANJUR
2016

ABSTRAK

      UJANG HOERUDIN Program Studi Budidaya Perikanan Program Diploma 1, Politeknik Negeri Lampung, Pendederan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Di BPPPU 3 Jati Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Jawa Barat.  Pembimbing, Syamsul Mu’min, S.Pi., M.Si dan R. Selfi Nendris S, S.Pi.
Produksi ikan nila di indonesia memberikan dampak positif yang signifikan pada sektor ekonomi. Sala satu jenis ikan air tawar yang umum dipeliharan dan dibudidayakan yaitu ikan nila (Oreochromis niloticus).
Ikan nila merupakan jenis ikan nila yang cukup populer di masyarakat. Ikan nila merah dari jenis ini lebih di sukai dari struktur warna dan ikan ini memiliki tubuh yang relatip lebih gemuk dan panjang dari jenis ikan lainnya.
Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah bentuk apresiasi mahasiswa dalam menambah wawasan serta keterampilan dalam pengembangan ikan budidaya  khususnya ikan Nila (Oreochromis niloticus). Dalam pembesaran ikan nila merah sangat baik dalam peroses pembesaran dari mulai larva sampai menjadi sangkal. Cukup mudah dan tidak terlalu memerlukan waktu lama, ikan nila merah sampai siap panen, dari 1 liter larva atau benih ikan nila merah akan menghasilkan 70 kg sangkal dalam peroses waktu 45 hari.


PENDEDERAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
DI BPPPU 3 JATI CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT






TUGAS AKHIR
                                                                            






OLEH

UJANG HOERUDIN
NPM : 147424028

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN
JURUSAN PETERNAKAN




 











POLITEKNIK NEGERI lAMPUNG
PROGRAM DILUAR DOMISILI 
KABUPATEN CIANJUR
2016




HALAMAN PENGESAHAN

1.      Judul PKL Mahasiswa                  :  Pendedran Ikan Nila                                                 
2.      Nama Mahasiswa                          :  Ujang Hoerudin
3.      Nomor Pokok Mahasiswa             :  157424028
4.      Program Studi                               :  Budidaya Perikanan
5.      Jurusan                                          :  Peternakan




    Menyetujui,
    Pembimbing





Pembimbing I,   





(Syamsul Mu’min, S.Pi., M.Si.)
NIP.198008132010011009

                       Pembimbing II,





( R.Selfie Nendris, S.Pi, M.Si.)
                NIP.
                                               
           Ketua Program Studi
Budidaya Perikanan





(Syamsul Mu’min, S.Pi., M.Si.)
NIP. 198008132010011009

Tanggal Ujian  :







RIWAYAT HIDUP



 

Penulis dilahirkan di Cianjur , Kabupaten Cianjur pada tanggal 02 Aprili 1995 atas nama UJANG HOERUDIN merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan M Royani dan ibu Lilis Ratna Suminar, bertempat tinggal di Kp. Bobojong desa Bobojong Kabupaten Cianjur.
Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Cibalagung pada tahun 2001 diselesaikan pada tahun 2008 melanjutkan ke Sekolah SMP Negeri 2 Mande dan lulus pada tahun 2011, kemudian melankutkan ke sekolah SMKN 1Karangtengah Cianjur pada tahun 2011 dan lulus tahun 2014.
Penulis tercatat sebagai mahasiswa PDD Polinela Kabupaten Cianjur Program Studi Budidaya Perikanan  dan lulus pada tahun 2016.
.

LEMBAR PERSEMBAHAN







KATA PENGANTAR


Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan PKL yang berjudul “Pendederan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di BPPPU 3 Jati Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat”.
Penyusunan PKL bertempat di BPPPU 3 Jati Ciranjang-Cianjur, dilaksanakan mulai tanggal 22 Februari sampai dengan 22 Maret 2016.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu. Ir. NR. Dewi Sopiah Azhuri, MT. selaku Direktur PDD Polinela Kabupaten Cianjur.
2.      Bapak Ade Sofyan, SP., MP. selaku Wakil Direktur I bagian Kurikulum.
3.      Syamsul Mu’min, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Prgram Studi  Budidaya Perikanan.
4.      Bapak R. Selfi Nendris, S.Pi., M.M selaku pembimbing II
5.      Bapak Sani Irwanto selaku pembimbing PKL
6.      Bapak/Ibu selaku dosen perikanan
7.      Seluruh pengurus AK Cianjur
8.      Rekan-rekan Mahasiswa Akademika Komunitas Negeri Cianjur yang telah mendukung  penulis.
9.      Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, motivasi, doa serta dukungan moral dan material demi keberhasilan penulis.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan, itulah saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.


                                                                  Cianjur,          September 2016
Penulis

DAFTAR ISI


                                                                                                   Halaman
I.              PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1  Latar belakang.............................................................................................
1.2  Tujuan ..............................................................................................
1.3  Manfaat.............................................................................................
II.           TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
2.1  Klasifikasi Ikan Nila.........................................................................
2.2  Syarat hidup ikan nila.......................................................................
2.3  Kebiasaan ikan nila...........................................................................
2.4  Macam-macam ikan nila....................................................................
2.5  Hama dan Penyakit...........................................................................
2.6  Pembenihan.......................................................................................
2.7  Pemijahan..........................................................................................

III.        METODE PELAKSANAAN........................................................................
3.1  Waktu dan tempat pelaksanaan........................................................
3.2  Metode atau prosedur pelaksanaan...................................................


IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................
4.1  Persiapan kolam................................................................................
4.2  Proses Pengapuran............................................................................
4.3  Proses Pemupukan ...........................................................................
4.4  Pengisian air......................................................................................
4.5  Penebaran Benih...............................................................................
4.6  Proses pemeliharaan Benih .........................................................................
4.7  Pengelolaan Kualitas Air...................................................................
4.8  Penanggulangan Hama dan Penyakit................................................
4.9  Pemanenan dan pemasaran...............................................................



V.           KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................
5.1  Kesimpulan.................................................................................................
5.2  Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
LAMPIRAN...................................................................................................

I.                    PENDAHULUAN


1.1  Latar belakang
Pembenihan ikan nila merupakan usaha bududaya yang sangat produktif, meskipun jumlah telurnya relative sedikit namun frekuensi pemijahan ikan nila cukup sering. Ikan nila di kawinkan setiap bulan sampai usia produktifnya habis.
 Ikan nila mudah memijah secara alami. Bahkan ikan ini gampang sekali  memijah secara liar di kolam-kolam budidaya, sehingga kepadatan ikan nila meningkat. Tidak seperti ikan mas atau ikan lele yang memerluka banyak rekayasa. Pengaturan hanya diperlukan untuk mengelola agar pemijahan berlangsung terkendali, tetapi kepadatan ikan nila tersebut menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat, sehingga diperlukan waktu yang lama agar dicapai ukuran konsumsi yang diharapkan. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah di atas dilakukan pemijahan buatan dengan menggunakan metode kawin suntik. Dengan pengelolaan yang tepat pembenihan ikan nila akan menjadi usaha yang menguntungkan. Pada kesempatan kali ini akan diulas apa saja yang perlu dipersiapkan untuk memulai pembenihan ikan nila.
Ikan nila memilih toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya. Sehingga bisa dipelihara di daratan rendah yang beraiar payau maupun daratan yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ikan nila dapat hidup pada kisaran suhu 18-38oC, suhu yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan 25-30oC. PH (keasaman) dari air pada kisaran 7-8 dan kadar garam yang ditolerir antara 0-29 permil.
Ikan nila termasuk jenis ikan omnivore (pemakan tumbuhan dan hewan) jenis makanan yang di butuhkan tergantung umurnya. Stadia larva makan utamanya crustacean kecil dan benthos, benih lebih menyukai jenis zooplankton (rotofera, moina, dapnia). Alga yang menempel dipelihara insentif  dikolam  jarring apung diberi makan berupa pelet, ikan nila biasanya berkembangbiak pada musim hujan, frekuensi memijah 4 minggu sekali, betina besar 300 gr jumlah telurnya 500-1000 butir, betina mengeram telurnya di mulut (mouth breeder) 6-8 hari.

1.2  Tujuan
Tujuan  Tugas Akhir ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa di bidang Teknologi Budaya Perikanan yang berkembang saat ini. Penyesuaian diri dengan situasi yang sebenarnya, mengumpulkan informasi dan menulis laporan.

1.3  Manfaat
Manfaat Tugas Akhir ini secara khusus mahasiswa di harapkan memperoleh pengalaman yang mencakup tinjauan tentang perusahaan, dan kegiatan- kegiatan praktek yang berhubungan langsung dengan teknologi. Dan mempersiapkan mahasiswa untuk belajar bekerja secara mandiri. Bekerja dalam satu tim dan mengembangkan potensi dan keahlian di bidang budidaya perikanan.


                


II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Klasifikasi Ikan Nila
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut :
Filum              :  Chordata
Subfilum         :  Vertebrata
Kelas               :  Osteichthyes
Subkelas          :  Acanthoptherigii
Ordo                :  Percomorphi
Subordo           :  Percoidea
Famili              :  Cichlida
Genus              :  Oreochromis
Spesies            :  Oreochromis niloticus
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004). Ikan ini merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan nila secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara 200 - 400 gram, sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman, 2003).
Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan kadar Dissolved Oxygen (DO) antara 2,0 - 2,5 mg/l. Secara umum nilai pH air pada budidaya ikan nila antara 5 sampai 10 tetapi nilai pH optimum adalah berkisar 6 - 9. Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, memiliki toleransi terhadap salinitas sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak di perairan payau dengan salinitas 20 - 25‰ (Ghufran, M. 2011)
Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis nilocitus memang berbeda dengan kelompok ikan tilapia. Secara umum bentuk tubuh ikan nila memanjang dan ramping, dengan sisik- sisik berukuran besar. Bentuk matanya besar dan menonjol dengan tepi matanya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian tengah tubuh, kemudian berlanjut lagi akan tetapi letaknya lebih kebawah di bandingkan dengan letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip duburnya memiliki jari- jari lemah, tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan sirip dada berwarna hitam sedangkan pinggir sirip punggung berwarna abu-abu kehitaman.
2.2  Syarat Hidup Ikan Nila
Suhu kolam yang masih bisa di tolerir ikan nila adalah 15-37′ derajat celcius. Suhu optimum untuk petumbuhan ikan adalah 25- 30’C. Sementara untuk pemijahan, suhu ideal untuk bisa menghasilkan telur dan larva berkisar 22-37’C.
Ikan nila sebaiknya hidup di air dengan kadar oksigen terlarut lebih dari 3 PPM. jika kurang dari 3PPM, bisa menghambat laju pertumbuhan. Normalnya pertumbuhan ikan nila 4bulan mencapai 300-400 gram. Untuk menambah oksigen yang masuk biasanya dibuat saluran air.
Derajat keasaman atau PH idealnya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan nila adalah 7. Jika PH terlalu rendah atau asam bisa di netralisir dengan memberikan kapur. jika PH terlalu tinggi atau basa, perlu di berikan belerang dalam bentuk serbuk. di indonesia kebanyakan tanah bersifat asam sehingga belerang jarang di gunakan.
Ikan nila mampu tumbuh baik di perairan payau dengan kadar garam kurang dari 25 PPM. Jika kadar garam lebih dari 25 PPM pertumbuhan ikan nila akan terganggu sehingga menjadi lambat dan mudah terserang penyakit jenis hot spot.
Tingkat kekeruhan kolam atau perairan untuk ikan nila juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila. Tingkat kekeruhan bisa di ukur dengan keeping secci, tingkat kekeruhan yang baik dapat di lihat jarak pandang dari permukaan air ke ikan. Jarak pandang yang baik berkisar 30-40 CM dari permukaan air.
Kondisi air harus terbebas dari pencemaran bahan kimia yang dapat mematikan plankton makanan khas ikan alami.
Kandungan karbondioksida maksimum pada Syarat hidup ikan nila adalah 5 mg/liter

2.3  Kebiasaan Ikan Nila
Salah satu kelebihan ikan nila adalah pada Kebiasaan Makan Ikan Nila yang memakan segalanya (omnivora). Makana nya bisa berupa tumbuhan, daging, serangga, ikan jenis lain, maupun plankton. Karena itu, ikan nila juga relatif hemat pakan.
Pada masa larva, setelah cadangan makanan berupa kuning telur habis, benih nila akan memakan zooplankton yang tersedia di alam. Setelah berumur lebih dari satu minggu, anakan ikan nila juga akan memakan lumut atau alga yang ada pada lingkungannya. Dan ikan dewasa, tumbuhan yang ada di air sekitar merupakan makanan nya. Sementara itu, jika ikan nila di perlihara secara intensif, perlu penambahan pakan berupa pelet untuk memacu pertumbuhan supaya optimal. Hal ini mulai di lakukan setelah larva nila mulai menjadi benih. Pelet di berikan berdasarkan biomassa, berikut asumsi perhitungannya.
2.4  Macam-Macam Ikan Nila
·         Gift
Nila Gift  (genetic improvement of farmed tilapias) pertama kali dikembangkan oleh International center for Living Aquatic Research Management (ICLARM) pada tahun 1987 dengan dukungan dari Asian Development Bank dan Unites Nations Development Programe (UNDP). strain ini merupakan hasil seleksi dan persilangan ikan nila dari Kenya, Israel, Senegal, Ghana, Singapura, Thailand, Mesir dan Taiwan.
·         Best
Strain nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapias) merupakan salah satu ikan nila unggulan yang dihasilkan pada tahun 2008. Nila jenis ini memiliki fisik yang mirip dangan nila gift. Pasalnya, nila BEST lahir dari hasil seleksi menggunakan populasi dasar yang salah satunya  bersumber dari ikan nila gift generasi keenam.
·         Gesit
Nila gesit merupakan salah satu strain unggulan yang sangat disukai petani. Pasalnya, strain ini mampu tumbuh sangat cepat dan mampu menghasilkan larva jantan dengan persentase hidup hingga 98%. Dilihat dari pertumbuhannya, nila gesit pada umur 4-5 bulan memiliki panjang 8 cm dan dapat mencapai bobot 500-600 gram/ekor.

·         Citralada
Nila citralada merupakan strain dari Thailand yang diintroduksi pada tahun 1989. Citralada merupakan salah satu strain ikan nila merah. Penampakan fisik ikan nila citralada secara umum hampir sama dengan ikan nila merah lainnya. Namun, nila citralada mempunyai warna tubuh lebih terang dan garis vertikal pada tubuh yang lebih jelas dibandingkan dengan strain nila merah lainnya. Selain itu, sirip ekor nya juga lebih panjang. strain citralada di negara-negara Asia Tenggara biasa digunakan sebagai subtitusi ikan kalap merah, khususnya nila citralada yang dihasilkan dari budi daya ditambak.
·         Hitam 69
Nila hitam 69 merupakan strain ikan nila yang pertama kali didatangkan dari Taiwan. Setelah melalui uji coba, ikan nila ini disebarluaskan dimasyarakkat  dan dalam waktu singkat sudah menyebar ke seluruh daerah di indonesia. Begitu akrabnya masyarakat dengan ikan nila jenis ini, sehingga tidak heran jika ada yang menyebutnya dengan ikan nila lokal. ikan nila lokal memiliki warna tubuh abu-abu atau hitam terutama dibagian atas. Tubuh bagian bawah (perut dan dada) berwarna agak putih kehitaman atau kekuningan.
·         Nifi
Nila nifi merupakan salah satu strain ikan nila merah. Warnanya yang merah atau putih dan kuning kemerahan menjadikan ikan ini mempunyai daya tarik tersendir bagi konsumen. Ikan nila ini dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan ikan nila lokal. Keunggulan lainnya yakni mampu menghasilkan keturunan yang dominan jantan. Nila nifi pertama kali didatangkan dari Thailand pada tahun 1989. Karena berbagai keunggulannya, strain ini cepat opuler di sentra-sentra perikanan air tawar di Indonesia.
·         Nirwana
Ini  menghasilkan strain nirwana dan dikenalkan di masyarakat sejak akhir tahun 2006. Sejak dirilis, nila strain nirwana banyak disukai Nirwana merupakan kepanjangan dari “Nila Ras Wanayasa”. Sesuai namanya, nila ini berasal dari Wanayasa,Purwakarta, Jawa Barat. Strain nirwana merupakan hasil pemuliaan genetis dari nila ggift dan nila get dari Filipina yang dilakukan oleh Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa di Purwakarta dan FPK , Institut Pertanian Bogor.
·         Cangkringan
Sesuai namanya, ikan nila strain cangkringan merupakam nila yang berasal cangkringan. Ikan nila merah ini merupakan hasil pemuliaan genetis dari strain nifi,citralada,singapura dan filipina oleh BAT atau BBI  Cangkringan. Strain ini sebenarnya belum secara resmi dirilis ke masyarakat.
·         Larasati
Ikan nila strain larasati dikenal juga dengan nila janti. Ikan nila strain ini merupakan hasil pemuliaan BBI Janti di Klaten. Salah satu strain ini adalah memiliki keseragaman warna sampai 90%. Warnanya sendiri didominasi merah.
2.5  Hama dan Penyakit
2.5.1        Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,membunuh dan mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama bersifat sebagai organisma yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor (penyaing). Sebagai predator (organisme pemangsa), yakni makhluk yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat bersama saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang ada.
Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga air, ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan hanya pada saat ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat. Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya umumnya hama sulit memangsanya. Hama yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular, belut, ikan liar pemangsa. Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta atau bebeasan, larva cybister atau ucrit. Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah juga akan mengganggu. Meskipun bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi pesaing bagi ikan dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.

2.5.2        Penyakit
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dengan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit.
Perkembangan dan keseriusan suatu penyakit dalam akuakultur meliputi suatu interaksi yang kompleks antara tingkat virulensi patogen, derajat imunitas inang, kondisi fisiologis dan genetic hewan, stress dan padat tebaran. Secara umum faktor-faktor yang terkait dengan timbulnya penyakit merupakan interaksi dari 3 faktor, yaitu inang, patogen, dan lingkungan atau stressor eksternal (yaitu perubahan di lingkungan yang tidak menguntungkan, tingkat higienik yang buruk dan stress) (Austin dan Austin, 1999),
Sakit pada ikan yaitu suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan penurunan kemampuan ikan secara gradual dalam mempertahankan fungsi-fungsi fisiologik normal. Pada keadaan tersebut ikan dalam kondisi tidak seimbang fisiologisnya serta tidak mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengn kondisi lingkungan. Timbulnya sakit dapat akibat infeksi patogen yang dapat berupa bakteri, virus, fungi atau parasit. Sakit dapat pula akibat defisiensi atau malnutrisi, atau sebab-sebab lain. Ikan yang sakit akibat infeksi dikatakan sebagai ikan terkena penyakit infeksi, demikian pula jika ikan sakit akibat defisiensi nutrien dapat dikatakan sebagai ikan terkena penyakit defisiensi nutrien.
2.6  Pembenihan
Pembenihan adalah proses perkembangbiakan ikan baik secara alami, secara semi alami, maupun secara buatan antara induk jantan dan unduk betina agar menghasilkan benih yang sehat, tidak cacat, dan banyak (dalam jumlah besar). Kegiatan pembenihan ini meliputi pemeliharaan induk, pemijahan, penetesan telur, pemeliharaan larva dan pemeliharaan benih. Kemudian pada kegiatan pemeliharaan induk, pemijahan, pemeliharaan larva dan pemeliharaan benih dilakukan manajemen pakan dan manajemen kualitas air.
2.7  Pemijahan
 Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina yang mengeluarkan sel telur betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar tubuh ikan ( eksternal). Dalam budidaya ikan , teknik pemijahan ikan dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu : pemijahan ikan secara alami, pemijahan ikan secara semi alami dan pemijan ikan secara buatan.
Pemijahan secara alami yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon). Pemijahan secara alami, yaitu pemijahan ikan yang terajadi dengan memberikan rangsahan hormone untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam.



III.             METODE PELAKSANAAN


3.1  Waktu dan tempat pelaksanaan
Tugas akhir ini dilakukan di BBI Jati, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan selama 30 hari masa kerja mulai tanggal 22 Februari s/d 22 Maret 2016

3.2  Metode atau prosedur pelaksanaan
Adapun metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Industri adalah :
1.      Metode Partisifatif
Dalam metode ini mahasiswa langsung turun kelapangan untuk melakukan semua kegiatan pemijahan dengan bantuan pembimbing lapangan yang memberikan arahan sehingga dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang didapat dibangku kuliah.
2.      Metode Studi Pustaka
Metode pustaka ini dengan cara membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan pendederan ikan nila .




IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Persiapan Kolam
Persiapan kolam yang dimaksud adalah Persiapan kolam   pemeliharaan benih/ kolam pendederan. Luas kolam tidak lebih dari 15 x 20 m2. Dengan kedalam air sekitar 50 70 cm dengan kepadatan 100 ekor/m2. Adapun proses pengeringan berlangsung selama 2 – 3 hari tergantung cuaca dan pengeringan di hentikan jika tanah sudah mulai retak. Selama proses pengeringan berlangsung, perbaikan pematang air, pintu air, dan pembalikan tanah dasar. Proses persiapan kolam dapat di lihat pada Gambar 4.


4.2  Proses Pengapuran
Proses pengapuran berfungsi untuk menaikan nilai pH kolam, selain itu jugadapat membunuh hama dan penyakit yang ada di dalam kolam. Dosis pengapuran berkisar antara 25 – 50 gram/ m2


4.3  Proses Pemupukan
Setelah melakukan proses persiapan kolam ,kemudian memupuk   lahan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menumbuhkan pakan alami. Pupuk yang diberikan berupa pupuk kandang dari kotoran   sapi, ayam   atau puyuh. Namun pada proses pemupukan di Balai Benih Ikan inovatif menggunakan pupuk dri kotoran ayam, dengan dosis 250 – 500 gram/ m2.








4.4  Pengisian Air
Setelah proses pengapuran dan pemupukan selesai, maka kolam di isi air dengan ketinggian 50 cm dan di biarkan selama 5 7   hari, agar air mengendap dan bahan organik menumbuhkan plankton yang berguna sebagai makanan untuk benih ikan. Dan pada hari ke 7 ketinggian air di tambah hingga 70 – 100 cm. Setelah sehari semalam air kolam tersebut ditebari ikan, pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang di tandai dengan perubahan warna pada air kolam menjadi kuning kehijauan.


4.5  Penebaran Benih
Setelah kolam siap, benih ikan nila langsung bisa ditebar. Padat tebar kolam sebanyak 15 hingga 30 ekor per m2. Asumsinya, jika bibit yang ditebar memiliki berat 10 hingga 20 gram per ekor, maka saat dipanen akan memiliki ukuran 300 gram per ekor.
Namun sebelum menebar secara masal harus dilakukan adaptasi untuk mengetahui apakah ikan bisa hidup dengan baik di kolam yang telah dibuat atau tidak. Caranya masukkan ikan dalam wadah yang dibuka tutupnya, kemudian masukkan ke dalam kolam. Biarkan sampai ikan keluar sendiri ke kolam.

4.6  Proses Pemeliharaan Benih
Kolam pendederan yang telah disapkan sebelumnya ditebar benih dengan kepadatan  100  ekor/m2.  Kolam-kolam  pendederan  yang  ada  di  BBI  Jati umumnya berukuran 300m2. Penebaran larva ini disesuaikan dengan luasan kolam pemeliharan. Untuk kolam yang ukuran 300 m2  ditebar larva sebanyak 30.000 ekor. Selama masa pemeliharaan dilakukan pemberian pakan dengan dosis 10 -15 % dari bobot biomassa ikan. Pakan yang diberikan untuk minggu (I) pertama adalah pakan Crumble (Hancuran) dengan protein 30 35 %. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore hari dengan cara menebar pakan di sekeliling kolam.
Pemberian pakan pada minggu (II) kedua sama dengan pemberian pakan pada minggu (I) pertama, hanya pada minggu (II) kedua dosis pakan yang diberikan adalah 5 10 % dari bobot biomassa. Selama masa pemeliharaan penggantian air dilakukan setelah benih berumur 10 hari yaitu dengan cara menurunkan air 30 – 50 % dan kemudian menabahkannya kembali seperti keadaan semula.
Minggu ke (III) ketiga pemeliharaan benih, pakan yang diberikan adalah pakan yang berbentuk pelet ukuran 1 mil. Pemberian pakan ini disesuaikan dengan bentuk mulut ikan. Dosis pakan yang diberikan 5% dan mulai dibiasakan pemberian pakan pada satu titik pemberian. Tujuannya adalah agar benih yang dipelihara mudah di awasi dan dikontrol baik kesehatan, pertumbuhan maupun kelangsungan hidup.
Alat panen dapat menyebabkan lecet pada benih. Oleh karena itu, alat panen harus terbuat dari bahan yang halus. Bila menggunakan waring, bahannya harus dari kain. Sementara hapanya harus terbuat dari kait teriling atau dari bahan nilon halus. Penampungan  dalam  hapa  tidak  boleh  terlalu  padat  karena  dapat  menyebabka  ikan mabuk. Sebelum ditangani lebih lanjut, benih hasil panen dibiarkan selama semalam agar segar kembali,
4.7  Kualitas Air
Pada saat proses pemeliharaan berlangsung kualitas air dijaga agar tetap pada kisaran yang layak sebagai media pemeliharaan dari penetasan telur sehingga mendukung proses perkembangan telur sampai   menjadi larva dan benih. Data kualitas air selama proses pemeliharaan larva sampai benih, dapat dilihat pada table berikut :


NO
Parameter Kualitas Air
Kisaran
1

2

3
Suhu

pH Kecerahan
250 - 300 C

6,5 – 8,5

>30 -50 cm

4.8  Penanggulangan penyakit
Hama dan penyakit dapat menyebabkan gagalnya usaha pendederan. Oleh sebab itu, langkah yang paling tepat adalah pencegahan. Hama yang umum menyerang benih ikan adalah sero, ular atau belut. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membersihkan lingkungan kolam agar hama-hama tersebut tidak bersarang. Untuk pencegahan penyakit, kualitas air kolam harus dijaga dan pemberian pakan harus sesuai kebutuhan ikan (Judantari, dkk, 2008).

4.9  Pemanenan
Usaha pendederan ikan nila biasanya selama 30-45 hari (mulai pendederan I sampai pendederan II), tergantung permintaan pasar atau pertumbuhan ikan. Apabila telah sampai batas waktu yang telah ditentukan dilakukan pemanenan.
            Pemanenan dilakukan dengan cara mengeringkan total kolam. Pegeringan kolam dilkukan secara bertahap, pada saat menjelang subuh. Pada pagi hari air kolam yang tersisa hanya pada bagian saluran tengah atau kamalir saja. Biasanya benih berkumpul disaluran tersebut. Agar benih tidak setres, sebaiknya air dialirkan masuk sedikit. Benih-benih ditangkap secara hati-hati dengan menggunakan ayakan atau seser. Selanjutnya ditampung ditempat khusus dalam happa atau waring yang ditempatkan diselokkan yang airnya mengalir atau dikolam dan biarkan selama 30 menit sampai benih berenang normal. Selanjutnya benih dihitung dengan cara ditakar dengan menggunakan literan, kemudian dianggkut atau ditebarkan ke kolam lain yang telah disiapkan (Judantari, dkk, 2008).
            Pendederan yang dikelola dengan baik dan benar, tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate/SR) bisa mencapai 80-90% dari jumlah benih yang ditebar. Artinya, selama pemeliharaan, benih ikan nila yang mengalami kematian hanya berkisar 10-20% (Judantari, dkk, 2008).























V.                KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Usaha dalam budidaya pembeniha iakn nila ini sangat produktif karena frekuensi pemijahan ikan nila cukup sering meskipun jumlah telurnya relatif sedikit. Tetapi ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang mempunyai rasa daging yang enak dan tebal. Dan ikan nila ini mudah memijah secara alami, bahkan ikan nila ini gampang sekali memijah secara liar di kolam-kolam budidaya. Tidak seperti ikan lele dan ikan mas yang memelurkan banyak rekayasa. Ikan nila ini pun memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, bisa di pelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinngi dengan suhu yang rendah.


5.2  Saran
Semua pasti mengingimkan pembenihan ikan nila ini yang menghasilkan hasil baik untuk para petani. Jadi untuk para petani yang membenihkan ikan nila harus memijahkannya dengan baik agar hasil benih baik dan bisa dibudidayakan secara baik, agar tidak mengalami kerugian.


DAFTAR PUSTAKA
Amri, K., Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi Agromedia. Jakarta
Austin, B. and D. Austin. 1987. Bacterial Fish Pathogen. Ellis Hoorwood. London. pp. 250-262.
Fariddudin, M.H. 2010. Performa Ikan Nila BEST dalam Media Salinitas. Jurnal Ilmiah. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar
Ghufran, M. 2011. Pemeliharaan Nila Secara Intensif. Akademia. Jakarta
Khairul, A, Khairuman, dan S. Judantari. 2008. Pospek Bisnis dan Tehnik Budidaya Nila Unggul Nila Nirwana. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.























LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar